Desa Lebaksiu Kidul memiliki sejarah yang panjang dan terkait erat dengan perkembangan wilayah Kabupaten Tegal dan tradisi Jawa yang kuat. Meskipun tidak dikenal luas, sejak zaman kerajaan jawa kuno hingga era sekarang Lebaksiu menjadi salah satu daerah yang menjadi perlintasan dari dan menuju kota-kota ternama. Sayangnya tidak ada catatan khusus yang menuliskan sejarah Lebaksiu, khususnya Lebaksiu Kidul. Banyak sejarah yang tidak diceritakan dan dituliskan untuk menjadi pedoman bagi warga Lebaksiu Kidul, diantaranya adanya candi di wilayah Desa Lebaksiu Kidul, paku bumi, Syekh Maulana Maghribi, Tuan Kadir martabak, dan sebagainya.
Sejarah Nama dan Lokasi
Nama "Lebaksiu" berasal dari dua kata, "Lebak" yang berarti lembah atau dataran rendah dekat sungai dan "Siu" yang berasal dari kata "ciut", dalam bahasa Jawa berarti sempit/ kecil, sehingga Lebaksiu adalah sebuah wilayah dipinggir sungai yang sempit. "Kidul" berarti selatan, sehingga Lebaksiu Kidul secara harfiah berarti "Lebaksiu bagian selatan". Diceritakan bahwa letak lebak ciut tersebut dahulu berada di wilayah RW 01 Desa Lebaksiu Kidul serta di sebelah selatan dari Sungai Gung (Kali Gung). Pada saat itu Sunga Gung melintas di perbatasan antara Lebaksiu Kidul dan Lebaksiu Lor, yang saat ini menjadi sungai kecil yang melintas di bawah minimarket Indomaret. Kemudian aliran Sungai Gung dialihkan seperti saat ini oleh Ki Gede Sebayu.
Tidak ada catatan waktu nama desa Lebaksiu Kidul, akan tetapi menyimpulkan dari cerita diatas, adanya Lebaksiu Kidul mungkin dikarenakan wilayah Lebaksiu Kidul merupakan salah satu daerah transit dan berada di selatan Sungai Gung, yang mana Sungai Gung adalah sungai yang memiliki sejarah panjang dan memiliki peran penting sejak zaman dahulu di Kabupaten Tegal.
Ki Tumenggung Bahurekso
Ki Tumenggung Bahurekso adalah seorang tokoh pejuang pada masa Kesultanan Mataram Islam yang juga seorang admiral angkatan laut dan gubernur pesisir Jawa bagian Utara yang kemudian dikukuhkan sebagai Bupati Kendal Pertama melalui Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Kendal nomor 20 tahun 2006.
Ki Tumenggung Bahurekso ditunjuk sebagai Panglima Perang Mataram Islam untuk menghadapi VOC di Batavia. Pada tanggal 21 September 1628 Panglima Perang Tumenggung Bahurekso melakukan serangan besar-besaran ke Benteng Pertahanan VOC Belanda di Batavia dan mendapatkan luka dari pecahan meriam yang menyebabkan kaki patah. Setelah serangan itu, Ki Tumenggung Bahurekso dan pasukan mundur sesuai titah Sultan Agung, sesampainya di Tegal, Ki Tumenggung Bahurekso mengutus pasukannya untuk kembali, tetapi dia sendiri menuju selatan dan beristirahat di wilayah Lebaksiu (saat ini berada di Dukuh Keberkahan Desa Lebaksiu Kidul) hingga meninggal dan dimakamkan di Desa Lebaksiu Kidul.
Sampai saat ini, pesanggrahan dan makam Ki Tumenggung Bahurekso tetap berada di Desa Lebaksiu Kidul. Makam Ki Tumenggung Bahurekso pernah diminta oleh Pemerintah Kabupaten Kendal untuk dipindahkan ke tanah Kendal, pada saat itu melalui perantara, Ki Tumenggung Bahurekso mengatakan bahwa beliau mau dipindah ke tanah Kendal dengan syarat mendapatkan izin dari Sunan Kalijaga, beliau juga meminta untuk ditanamkan pohon jambu di makamnya yang benihnya dari makam Pangeran Purbaya.
Masa Kolonial
Pada masa kolonial Belanda, seperti banyak desa di Jawa, pada saat itu belum ada Lebaksiu Kidul berada di bawah administrasi kolonial yang mempengaruhi sistem pertanian dan administrasi lokal.
Pada tahun 1871, Lebaksiu Kidul termasuk bagian dari Distrik Lebaksiu, Regentschap (Kabupaten) Brebes, Residentie (Karesidenan) Tegal (Staatsblad Nomor 52 Tahun 1871, link)
Era Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Desa Lebaksiu Kidul masuk ke wilayah kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal.
Lurah Ki Samlawi dengan Randu Alas
Di desa Lebaksiu Kidul terdapat 4 pohon randu alas yang menjadi paku bumi Lebaksiu yang terletak di tengah-tengah PT. Adonia Footwear Indonesia, dukuh s yang berada di perbatasan Lebaksiu Kidul-Lebaksiu Lor, bumi perkemahan Lebaksiu Kidul dan Gunung Tanjung. Meskipun salah satunya sudah mati terkena petir, pohon tersebut tidak boleh ditebang.
Diceritakan pada saat pembangunan SMP Negeri Lebaksiu, diperlukan kayu yang cukup banyak, Ki Samlawi yang pada saat itu awal-awal menjabat Kepala Desa dan dikenal memiliki kesaktian, menitahkan untuk memotong pohon randu yang berada di Gunung Tanjung, kayu dari pohon tersebut digunakan untuk pembangunan SMP Negeri Lebaksiu. Tak lama setelah pohon tersebut ditebang, warga di wilayah Lebaksiu tiba-tiba terkena musibah, setiap hari ada beberapa warga yang meninggal sehingga pada saat itu dikenal dengan tahlil keliling. Melihat yang yang demikian, Ki Samlawi setiap hari memindahkan penunggu dari Pohon Randu menggunakan vespa untuk meredam amarah mereka. Kejadian tersebut saat itu diberitakan bahwa Lebaksiu terkena wabah kolera.
Masa Kini
Saat ini, Desa Lebaksiu Kidul terus berkembang dengan tetap mempertahankan tradisi lokal sambil beradaptasi dengan perubahan zaman. Pertanian tetap menjadi mata pencaharian utama, namun ada juga peningkatan dalam sektor lain seperti perdagangan kecil dan kerajinan.
Desa ini juga berpartisipasi dalam berbagai program pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, seperti program pengembangan desa, pelatihan kewirausahaan, dan modernisasi pertanian.
Kepala Desa
Kepala Desa yang tercatatan pernah menjabat di Desa Lebaksiu Kidul
No. |
Nama Kepala Desa |
Periode Jabatan |
Keterangan |
1 |
Lurah Suyan |
Pra Kemerdekaan |
Kepala Desa pertama yang dikenal |
2. |
Lurah Sayan |
Pra Kemerdekaan |
|
3. |
Lurah Sagiri |
|
|
4. |
Iqna |
sampai 1975 |
|
5. |
Kyai Samlawi |
1975 s/d 2000 |
versi lain menyebutkan 1975 s/d 1998 |
6. |
H. Surur |
2001-2003 |
mengundurkan diri |
7. |
H. Ali Nuridin |
2003-2013 |
|
8. |
Edi Martoto |
2013-2019 |
Mencetuskan pengelolaan sampah mandiri |
9. |
Ahrodin |
2019-sekarang |
Kepala Desa saat ini |
*sumber: Carik Joko
Catatan: Informasi di atas berdasarkan data yang tersedia hingga Oktober 2024.
Muhammad farkhan
01 Februari 2025 12:58:49
Semoga dengan sistem pemilihan RT RW yang baru akan melahirkan sosok pak RT dan pak RW yang merakyat,...